Bersamamu Ingin Kulakukan Apapun Yang Tuhan Mau

Selasa, 27 Desember 2016

MENARI DI ATAS GELOMBANG


wujud sebutir putih buih
tertekan kecai garang gelombang
menolak kehendak hembusan hasrat
lidah kelu berkilo kilah 
menolak kecup bubur takdir

bimbang di oleng pasang samudra
arung ketepian gagal karang
lelah ini kerumunan leleh amanah

gentar terburai sekeruh masai
di krisis sunyi lamat tertelinga
zikir ikan menelan umpan ujian
terbata membaca kail tandatanya
gemuruh debur menombak debar

sebutir buih pelasah menari 
menuai garam di asin ludah serandau
timbul tenggelam di lantai pantai
meniru arah angin
selami dasar sajadah,

_Beralas Pasir, 28 Desember 2016_
*harfan min kitabillah*
[28/12/2016 10.22] M Irfan Hidayatullah: Waalaikumussalam. Menurut saya masih terlalu melambung2 bahasanya sehingga makna yg dimaksud terselubungi. Belum sampai...
Kita bahas perbait ya:
MENARI DI ATAS GELOMBANG*
wujud sebutir putih buih
tertekan kecai garang gelombang
menolak kehendak hembusan hasrat
lidah kelu berkilo kilah menolak kecup bubur takdir
Sebutir putih buih: buih berbeda dgn pasir, istilah sebutir nggak logis utk buih. Kata tertekan juga kurang tepat... Gelombang bukan hanya menekan tapi membanting dan membuyarkan buih... (Nanti kita lanjutkan, saya ada keperluan dulu)
[28/12/2016 10.35] M Irfan Hidayatullah: Setelah ada kata gelombang, tertekan, trus ternyata ada kata hembusan utk hasrat. Heperbola yg telah dibangun diturunkan kadarnya oleh kata hembusan. Secara logika hembusan bertolak belakang citranya dgn gelombang.
[28/12/2016 10.38] M Irfan Hidayatullah: Setelah itu diperparah oleh larik terakhir kecup bubur takdir... Menghancurkan citra garang gelombang dan buih yg dibuyarkannya. Kecup itu merdu (eufoni) sama dengan henbusan, tp makna yg ingin dan akan dibangun sepertinya tragis dan sumbang (kakofoni). Nah, keutuhan nada ini sangat penting utk mengutuhkab makna puisi..
[28/12/2016 10.56] M Irfan Hidayatullah: Hal yg sama terjadi pada bait2 berikutnya: jadi, intinya, bagaimana mengejawantahkan judul Menari di Atas Gelombang secara utuh. Puisi ini potensial saat dihubungkan dengan lokalitas. Bisa coba diotakatik lagi. Selamat berjuang, Harfan..
[28/12/2016 11.02] M Irfan Hidayatullah: Sebenarnya takperlu teori analisis puisi utk bisa menulis dgn utuh. Cukup membaca puisi penyair lain yang sudah dianggap bagus dan resapi maknanya. Karena puisi Harfan liris, perbanyak baca Sapardi, Dorothea, Acep ZamZam Noor, atau penyair Sumatera yg Harfan kenal yg bisa diresapi. Baca ulang puisi2 mereka utk memahami permainan rasa dan logikanya

0 komentar:

Posting Komentar